Bagian 1 : terimakasih sayang
dia adalah pemuda yang tidak pandai berdoa, yang dia yakini hanya 'Tuhan itu mengerti semua bahasa” dia yakin caranya berdoa yang kata orang freestlye Tuhan pasti mengerti.
Tuhan aku pusing, yang aku tau cuma Futsal dan sepakbola, sedangkan ini futsal susah sekali berkembangnya, banyak pemain yang diajarkan untuk gak komitmen pada timnya, makannya aku bosan liat pemain yang itu-itu aja tampangnya Tuhan, saya tau lah Tuhan pasti bisa mengubahkan semuanya itu, saya mau kok kerja untuk mu, saya mau jadi orang yang mengubahkan futsal diindonesia, hehehe” dia tersenyum senyum.
saya mau kok jadi pemain hebat walaupun badan tidak terlalu tinggi, berat saya nambah terus, dan saya masiih belum punya pacar sampe sekarang” lanjutnya
loh kok jadi kesana ya? Dan terimakasih untuk mengijinkan saya dan kami bisa berolahraga sampai saat ini Tuhan” katanya. “AMIN”
oia Tuhan aku hampir lupa , hancurkan genteng yang menghalangi doa saya ini” lanjutnya “AMIN”
sepertinya dia tidak menyadari doanya yang tulus itu, doanya yang kadang ditertawakan orang-orang, doanya yang dia sendiri kadang tidak yakin doanya di dengar Tuhan, doanya yang bahkan kadang dia pesimis bisa melewati atmosfir, bahkan genteng kamarnya pun tidak yakin bisa ditembus, ternyata sampai ke surga dan berhasil membuat Tuhan tersenyum karena kekocakannya berdoa.
Doa pemuda ini membuat Tuhan bersemangat kembali untuk membantu para pemuda memperbaikin negerinya, negeri Indonesia yang juga Dia cintai.
* * *
Disisi lain indonesia, Tuhan sedang memperhatikan seorang ibu yang segera akan melahirkan, perutnya tampak sangat besar dibandingkan dengan ukuran tubuhnya yang biasa-biasa saja. Dia ditemani oleh temannya seorang ibu juga yang sedang hamil, hanya saja mereka dijadwalkan tidak melahirkan bersamaan.
Mereka berdua duduk dalam ruangan operasi, saling menatap tanpa berkata apa-apa, satu katapun tidak. Ibu yang pertama bernama Widia, ibu yang kedua bernama YULI. Yuli menatap Widia, tatapan nya mengisayaratkan untuk tetap kuat. Dibalas dengan tatapan penuh air mata yang menandakan dia merasa lelah dan ingin menyerah. Tapi Yuli memegang tangan Widia kuat-kuat, “sabar kita akan melewati ini bersama, seperti hari-hari biasa yang kita lewati bersama dalam suka maupun duka” matanya berbicara demikian.
Untuk para pembaca tau, Widia dan Yuli adalah kawan sejak balita. Mereka menghabiskan waktu bersama untuk menghadapi dunia. Mereka adalah wanita yang kuat, tegar dan punya semangat juang yang tinggi, hanya saja Widia selalu menjadi yang lebih lemah dari pada Yuli, sehingga Yuli selalu datang membelanya dalam segala keadaan apapun. Termasuk ketika Widia sempat dipermainkan oleh seorang pria yang membuatnya patah hati, Yuli yang akan datang untuk mebereskan pria itu.
Jika kalian bertanya kemana perginya suami Widia, kalian harus melihatnya diluar ruangan operasi. Alex adalah calon ayah dari bayi laki-laki yang akan dilahirkan oleh Widia, dia tidak kuat untuk melihat darah, dia pun berputar kesana-kemari ditemani james suami dari Yuli. James tampak santai duduk di kursi tersenyum melihat kawannya yang kepusingan berputar putar, sampe dia hampir muntah, sampai jalannya sempoyongan, hampir dia meminum antimo yang langsung dihentikan oleh james sebelum Alex malah tertidur di saat terpenting dalam hidupnya.
“tenang lex gak harus minum antimo, lu gak mau kan ketiduran sebelum mendengar tangisan pertama anak lu??” kata james sambil dia sedikit tersenyum
“oke-oke lex rilex, jangan sampe panik, tahan sampe lahir oke tarik nafas dalam, keluarkan perlahan” katanya dalam hati.
“gua bakalan masuk jams, liat nih gua bakalan masuk ni jams!” sombong Alex dengan tampangnya yang mengerikan, diiringi dengan keluarnya yuli dari dalam ruangan operasi. James hanya tersenyum melihat sahabatnya itu berpura-pura tidak takut. Dia sudah tau yang akan terjadi.
Jika kalian ingin membayangkan tampang Alex, tampangnya tidak lebih tampan dari pada namanya. Wajahnya bergaris keras, semua sudut terlihat, dengan alisnya yang tebal dan sorot matanya yang tajam, gaya senyumnya yang seolah dipaksakan membuat orang berfikir dia orang yang jahat, kalo dia nongkrong-nongrong di gang gelap pasti dia dianggap tukang palak atau tukang perkosa. Apalagi karena Widia akan melahirkan, Alex terlihat lebih berantakan dari biasanya.
Dan masuk lah Alex ke dalam ruangan operasi, dia menggenggam tangan istrinya, istri yang dia sayangi, istri yang sangat sulit dia dapatkan, istri yang dia nikahi setahun yang lalu, dengan jari tangannya yang lebar dan tiba-tiba wajahnya yang galak berubah menjadi wajah yang sayu, lembut, penuh belas kasihan, dan rasa sayang. Dia khawatir atas keadaan istrinya yang lemah, Alex juga lemah dia takut. Dia membisikkan sesuatu,
“aku tau kamu lemah, aku tau kamu sedih, aku tau kamu tidak bisa membayangkan rasa sakit apa yang menunggumu sebentar lagi, tapi tetap yakin lah ma kamu akan membawa satu anak yang hebat kelak, anak yang akan berguna untuk bangsa dan negara ini, dan ini adalah hadiah yang Tuhan berikan atas penikahan kita setahun lalu loh, pernikahan yang sangat kacau” katanya serius
“akh kamu lex” dia tersenyum mendengarnya. Alex selalu bisa membuat Widia tersenyum apapun kondisi yang dia alami, mungkin inilah yang membuat Widia mau menjadi pendamping Alex.
Dokter masuk kedalam ruangan, dia menatap wajah Widia, namun tidak berbicara apapun. Alex mundur dia harap-harap cemas, dia terus berdoa, “doa Bapa Kami”. Para suster mempersiapkan segala perlengkapannya.
“ayo ibu kita mulai” kata ibu dokter. Diikuti dengan anggukan Widia menandakan dia siap.
Beberapa adegan pemanasan di skip, hingga masuk kebagian paling meneganggkan.
“tekannnnn!!!! terus!” kata suster 1
“ha huh ha huh ha huh ha, arrrrrrggggghhhh!! Widia membalas
kipas-kipas, kipas-kipas, kipas-kipas Alex mengipasi istrinya yang sedang keringatan, dan Alexpun teriak “TEKAAAAAAAAN wid” dengan suaranya yang menggemparkan seisi rumah sakit bersalin.
“sudah mulai kelihatan kepalanya!” dokter berbicara.
Kipas-kipas, kipas-kipas, kipas-kipas Alex mengipasi istrinya lagi, dan Alexpun teriak sekerasnya , lebih keras dari yang pertama “KIPAAAAAAAASSSSSSSS wid” dia salah teriak tapi tidak menyadarinya, sedang saya sambil mengetik cerita ini tertawa terbahak-bahak.
“Arrrrggggghhhhh! Ha huh ha huh hah huh hahh arrrrgggh!!!”
“tarik nafaaaasss!”
dada Widia yang naik memasukkan udara kedalam paru-parunya, sedang hidungnya menyempit karena berusaha menghirup udara sebanyak-banyaknya.
“tekaaaannnnnnnnnn”
“arrrrrrrrrggggggggh!!! arrrrrggghhhh!!!”
Alex tetap dengan posisi kipas-kipas, sambil meringis dia tidak mau teriak lagi dia kapok. Ternyata tangan Widia yang dari tadi mencari-cari pegangan menemukan rambut Alex lalu menjambaknya, tidak dilepaskan sedikitpun, sedang Alex pasrah setiap suster berteriak, “tekaaaaaan”, yang Alex artikan sebagai “JAMBAAAAAAAAAAAAK!!”
dan akhirnya Alex, Widia, Dokter, Suster mendengar teriakan bayi laki-laki yang sangat keras, teriakan yang dia dapatkan dari bapaknya, bapak Alex. Widia tertidur, dia kelelahan, tapi tidak melepaskan tangannya dari kepala Alex, tangan Widia yang menjadi lemah membuat tangannya seolah mengelus kepala Alex yang mungkin agak sakit, Widia tau Alex sudah berkerja cukup keras untuk mengipasi nya.
Alex yang melihat pantat anaknya merah terkaget dan bertanya.
“dok itu tanda di pantat anak saya ya? Merah banget perasaan” tanya Alex heran
'bukan pak Alex , itu tapak tangan saya, tadi saya tampar pantatnya biar dia menangis” kata dokter santai
“sadis amat dok” kata Alex.
* * *
Diluar ruangan James yang mendengarkan teriakan bayi sudah tau itu bayi siapa yang punya.
“itu bayi Alex, yul!!!! dia meloncat dari kursi tunggu.
Yuli hanya duduk tersenyum, lengkap dengan semua keanggunannya.
“teriakannya persis seperti bapaknya jika sedang bersemangat, mengingatkan ku waktu kami muda dulu” kata James lagi.
“iya aku tau james..” kata yuli. Sambil menenangkan suaminya yang sedang semangat itu.
Beberapa waktu kemudian Alex keluar sambil memamerkan senyumnya yang jelek, sambil memengangi kepalanya yang acak-acakan.
“kenapa lex?” tanya james.
“biasa tadi Widia tiba-tiba anarkis, gua jadi korbannya kali ini” jawabnya sambil mengecek apakah rambutnya ada yang copot.
“gimana anaknya lex?” tanya Yuli.
“sehat, mukanya seperti ibunya yang cantik, suaranya menggelegar kayak gua” alex sombong
“ Widia sehat kan?”
“ Iya dia ketiduran tuh, mungkin bentar lagi bangun, masuk aja yul.
* * *
disurga Dia tersenyum, Dia sudah menepati 1 janjinya untuk memberikan anak yang akan memperbaiki olah raga di indonesia, anak itu, anak yang kuat, anak yang tegar, dengan tujuan yang besar.
* * *
“kamu sudah bangun Vid?”
“hei Yul, gimana anak aku?” jawabnya lemas.
“dia sehat, nanti akan diantar kesini untuk minum susu.”
susterpun datang menggendong bayi Widia, mengendongnya dengan senang karena kelewat gemes.
“ibu Widia, anaknya cakep banget, sehat lagi, apalagi beratnya maksimal, silahkan disusui bu” kata suster
Si bayi pun bepindah dari tangan suster ke tangan mamanya, lalu diberikan ASI pertama yang katanya yang paling penting untuk perkembangan seorang anak. Tiba-tiba Widia teringat sesuatu sambil melihat anaknya yang sedang minum asi,
“tenaganya mirip alex, kalo lagi ada maunya” Widia bicara ddalam hatinya yang membuat bibir merah nya merekah, lalu tiba-tiba tertawa-tawa. Membuat Yuli kaget, melihat si bayi lalu tertawa juga, padahal mungkin apa yang yuli tertawakan tidak nyambung, atau malah nyambung.
Di luar ruangan Alex dan James sedang membicarakan mengenai nama apa yang akan dia berikan pada buah hatinya itu.
“Lex mau dikasih nama apa?” tanya james
“sepertinya SAMUDRA, dia akan jadi orang yang besar” jawab alex enteng.
“hahaha, bagus juga lex. Orang akan memanggilmu pak sammy” lanjutnya
“selain itu aku harap dia punya hati seluas hati ibunya”
* * *
malam pun tiba, James dan Yuli sudah balik ke rumahnya, Alex masuk dan mendekat pada Widia yang tersenyum melihat suaminya yang kelelahan.
“Lex, ayo tidur disamping kami” ajak Widia
“ga ah, nanti aku mengganggu kalian, aku tidur di lantai saja”
“kita bertiga udah berusaha maksimal lex, tidak ada salahnya kita tidur bersama” kata Widia meyakinkan alex
“oke-oke, BOCAAAAAH tolong papah mau bobo sama mamah!!!” canda Alex
dan yang terjadi Alex menjadi sasaran tendangan dari anaknya sendiri, berujung alex tidak bisa tidur dengan nyaman. Alex bingung, apa yang salah? kenapa sam tidak mau tidur? Kenapa sam ini tendang-tendangan? Kenapa sam gelisah, kenapa sam gundah, apa pantatnya basah? Dia cium pantat Sam, tidak berbau. Sepertinya ada yang kurang mengenai hari ini.
Diapun menyadari apa yang kurang, Alex belum berdoa, Alex belum berterimakasih pada Tuhan. Diapun memulai doanya.
halo Tuhan, Terimakasih ya atas lahirnya SAM, terimakasih untuk keselamatan istri saya Widia, terimakasih untuk Rambut saya yang gak jadi pitak, terimakasih untuk menggelegar nya suara anak saya, juga ketampanannya, terimakasih untuk teman2 kami yang setia menemani, terimasih untuk ibu dokter yang pake masker, terimakasih untuk tendangan Sam, terimakasih untuk biaya persalinan yang masih kurang dikit lagi, hehehe” katanya sambil tertawa kecil.
thank You, for everything yesterday, today , dan Tomorrow. Dan kami akan tidur dengan Sam tidak menendangi saya, besok akan menjadi hari yang indah lebih dari hari ini” tutupnya “Amin
begitu dia membuka matanya, senyum Widia menyambutnya, dengan lesung pipinya, senyumnya yang selalu membuat Alex lemah tak berdaya, senyum yang membuat mata Widia menjadi kecil, tapi tetap membuat alex tak berdaya.
“kaccccciaaaaaan suamiku si jelek, ini anakmu sudah tidur” Widia menggoda suaminya
Alex sebal digoda istrinya, tapi dengan tenang dia menatap Widia lalu mendekatkan wajahnya dan mencium bibirnya dengan mesra, sambil berbisik “Terimakasih Widia” kata-kata indah yang menutup satu malam penting yang sangat melelahkan dengan 3 buah senyum merekah.